Minggu, 18 Mei 2014

Bacaan dan Tata Cara Shalat Jenazah

Niat Shalat Jenazah dan Tata Cara Shalat Jenazah
Shalat Jenazah ialah shalat yang dikerjakan ketika ada orang muslim maupun muslimah yang meninggal dunia, tata cara shalat jenazah tak perlu lakukan rukuk serta sujud, cukup hanya dengan berdiri saja, lalu takbir sejumlah empat kali diselingi dengan bacaan – bacaan doa khusus, lalu diakhiri dengan salam seperti shalat pada umumnya. hukum mengerjakan shalat jenazah adalah fardhu kifayah.
Walau demikian kadang kala masih ada umat islam yang belum tahu bagaimana tata cara shalat jenazah yang baik dan benar, oleh karena itu pada kesempatan kali ini akan dibahas secara lengkap mengenai shalat jenazah mulai dari Lafadz niat shalat jenazah, Tata Cara Sholat Jenazah hukum mengerjakan sholat jenazah, bacaan doa sholat jenazah beserta artinya baik dalam bahasa arab ataupun latin atau bahasa indonesia, dan juga disertai rukun, syarat, serta dalil-dalil mengenai sholat jenazah/sholat mayit dan manfaat serta keutamaan sholat jenazah. Tentunya itu semua akan kita bahas pada artikel kali ini.

Hukum Shalat Jenazah
Hukum Sholat Jenazah yaitu Fardhu Kifayah” berarti harus buat kita umat muslim untuk menshalati muslim yang lain yang sudah meninggal, bila tak dikerjakan maka ini jadi tanggung jawab semua umat muslim.
Keutamaan Shalat Jenazah diperkuat dengan sabdah Nabi Muhamad SAW didalam hadist :
“Barangsiapa yg menghadiri jenazah hingga ikut menshalatkannya, maka dia mendapatkan 1 qirath, & barang siapa yg menyaksikannya hingga ikut mengantar ke kubur, maka mendapatkan 2 qirath”. Ditanyakan, “Apakah yang dimaksudkan dengan 2 qirath itu? ” Beliau menjawab, “Seperti 2 gunung yg besar.” (HR. Muttafaq ‘alaih).

Rukun Shalat Jenazah :

1. Niat
2. Berdiri bagi yang mampu
  1. 3. Takbir 4 kali diselingi dengan beberapa bacaan
  2. 4. Membaca surat alfatihah setelah takbir yang pertama sesuai hadits yang diriwayatkan oleh Imam Nasa’i,   “Menurut sunnah, di dalam shalat jenazah hendaknya membaca Ummil Qur’an (al-fatihah) dengan pelan dalam takbir pertama”
  3. 5. Membaca shalawat kepada Nabi saw setelah takbir yang kedua
  4. 6. Mendoakan jenazah setelah takbir ke-3
  5. 7. Salam


-----------------------------------------------------------------------------------------------------

Niat Shalat Jenazah

Seperti shalat yang lain baik itu wajib ataupun sunnat, niat adalah sisi utama dalam unsur beribadah bagi kaum Muslim, berikut :


Niat untuk jenazah laki-laki:
اُصَلِّي علي هذا الَميّتِ ِلله تعالي
” Ushallii ‘alaa haadzal mayyiti lillaahi ta’aala”
Artinya : Aku niat menshalatkan mayyit (laki-laki) ini, karena Allah Ta’aala



Niat untuk jenazah perempuan:
اُصَلِّي علي هذه الَميّتِة ِلله تعالي
” Ushallii ‘alaa haadzihil mayyitati lillaahi ta’aala”
Artinya : Aku niat menshalatkan mayyit (perempuan) ini karena Allah SWT.


Tata Cara Shalat Jenazah
1. Takbir Pertama
Sesudah takbir dilanjutkan dengan membaca ta’awudz kemudian lanjut dengan membaca al-fatihah, tanpa dibarengi dengan doa iftitah maupun surat pendek seperti sholat biasanya. ini menurut pendapat banyak ulama bahwasanya dalam sholat jenazah tak harus membaca doa iftitah.



2. Bacaan Ta’awwudz

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم

A’uudzubillaahi minasy syaithaanir rajiim
Artinya : Aku berlindung dari syaiton yang terkutuk.

Kemudian lanjut dengan membaca surah Al-Fatihah.


3. Takbir kedua
Kemudian setelah takbir ke-2 baca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Berikut bacaannya:
أللهم صَلِّ علي محمد وعلي ألِ محمد كما صَلَيْتَ علي إبراهيم وعلي أل إبراهيم وبارِكْ علي محمد وعلي أل محمد كما باركت علي إبراهيم وعلي أل إبراهيم في العالمين إنك حميد مجيد
“Allaahumma shalli ‘alaa muhammadin, wa ‘alaa aali muhammadin, kamaa shallaita ‘alaa ibraahiima, wa ‘alaa aali ibraahiima. Wa baarik ‘alaa muhammadin, wa ‘alaa aali muhammadin, kamaa baarakta ‘alaa ibraahiima, wa ‘alaa aali ibraahiima. Fil ‘aalamiina innaka hamiidum majiid.”

Artinya : Ya Allah, berilah rahmat kepada Muhammad & keluarganya, sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji & Maha Agung. Berilah berkah kepada Muhammad dan keluarganya (termasuk anak & istri atau umatnya), sebagaimana Engkau telah memberi berkah kepada Ibrahim & keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji & Maha Agung.


4. Takbir ketiga
Berikut ini bacaan doa shalat jenazah setelah takbir ketiga:
اللهم اغْفِرْ لَهُ وارْحَمهُ وعافِهِ واعفُ عنه وأَكْرِمْ نُزولَهُ ووسِّعْ مَدخلَهُ واغْسِلْهُ بِماءٍ وثَلْج وبَرَدٍ ونَقِهِ من الخَطايا كما يُنَقَي الثَوبُ الأَبْيَضُ مِنِ الدَنَسِ وأَبْدِلْهُ دارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وأَهْلًا خَيْراً من أهلِهِ وَزَوْجًا خَيْراً مِن زَوْجِهِ وَقِهِ فِتْنَةَ القَبْرِ وعَذَابَ النارِ
“Allaahummaghfirlahu, warhamhu, wa ‘aafihi, wa’fu ‘anhu, wa akrim nuzuulahu, wa wassi’ madkhalahu, waghsilhu bimaa-in watsaljin wabaradin, wanaqqihi minal khathaayaa kamaa yunaqqats tsaubul abyadhu minaddanasi, wa abdilhu daaran khairan min daarihi, wa ahlan khairan min ahlihi, wa zaujan khairan min zaujihi, waqihi fitnatal qabri wa ‘adzaabannaar.”
Artinya : Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, maafkanlah dia, ampunilah kesalahannya, muliakanlah kematiannya, lapangkanlah kuburannya, cucilah kesalahannya dengan air, es dan embun sebagaimana mencuci pakaian putih dari kotoran, gantilah rumahnya dengan rumah yang lebih baik, gantilah keluarganya dengan keluarga yang lebih baik, gantilah istrinya dengan isri yang lebih baik, hindarkanlah dari fitnah kubur dan siksa neraka.

5. Takbir ke empat
Bacaan doa shalat jenazah setelah takbir ke 4 adalah membaca doa di bawah ini:
اللهُمّ لاتَحرِمْنا أَجْرَهُ ولاتَفْتِنّا بَعدَهُ
“Allaahumma laa tahrimnaa ajrahu, walaa taftinnaa ba’dah”

Artinya : Ya Allah, janganlah Engkau haramkan Kami dari pahalanya, dan janganlah Engkau beri fitnah pada kami setelah kematiannya.



6. Salam

Terakhir adalah melakukan salam dengan menengok ke kanan dan kekiri sebagaimana dalam sholat biasanya

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

“Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wa barakaatuh”

Artinya : “Keselamatan, rahmat Allah dan keberkahan-Nya semoga untuk kalian semua”

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Bacaan Doa Shalat Jenazah :


اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ، وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ اْلأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ، وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ، وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ، وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ [وَعَذَابِ النَّارِ]

“Alloohummaghfir lahu Warhamhu Wa ‘Aafihi Wa’fu ‘ahu, Wa Akrim Nuzulahu, Wa Wassi’ Madkholahu, Waghsilhu Bil Maa’i WatsTsalji Wal Barodi, Wa Naqqihi Minal Khothooyaa Kamaa Naqqaitats Tsaubal Abyadho Minad Danasi, Wa Abdilhu Daaron Khoiron Min Daarihi, Wa Ahlan Khoiron Min Ahlihi, Wa Zaujan Khoiron Min Zaijihi, Wa Adkhilhul Jannata, Wa A’idhu Min ‘Adzaabil Qabri”

Ya Allah, Ampunilah dia (dari beberapa hal yang tidak disukai), maafkanlah dia dan tempat-kanlah di tempat yang mulia (Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga (atau istri di Surga) yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia), istri (atau suami) yang lebih baik daripada istrinya (atau suaminya), dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka.” (HR. Muslim 2/663)
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِحَيِّنَا وَمَيِّتِنَا وَشَاهِدِنَا وَغَائِبِنَا وَصَغِيْرِنَا وَكَبِيْرِنَا وَذَكَرِنَا وَأُنْثَانَا. اَللَّهُمَّ مَنْ أَحْيَيْتَهُ مِنَّا فَأَحْيِهِ عَلَى اْلإِسْلاَمِ، وَمَنْ تَوَفَّيْتَهُ مِنَّا فَتَوَفَّهُ عَلَى اْلإِيْمَانِ، اَللَّهُمَّ لاَ تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ وَلاَ تُضِلَّنَا بَعْدَهُ.
“Alloohumaghfir Lihayyinaa Wa Mayyitinaa Wa Syaahidinaa Wa Ghoo’ibinaa Wa Shoghiirinaa Wa Kabiirinaa Wa Dzakarinaa Wa Untsaanaa. Alloohumma Man Ahyaitahu Minnaa Fa Ahyihi ‘Alal Islaam, Wa Man Tawaffaitahu Minnaa Fatawaffahu ‘Alal Iimaan. Alloohumma Laa Tahrimna Ajrahu Wa Laa Tudhillanaa Ba’dahu”
“Ya Allah! Ampunilah kepada orang yang hidup di antara kami dan yang mati, orang yang hadir di antara kami dan yang tidak hadir ,laki-laki maupun perempuan. Ya Allah! Orang yang Engkau hidupkan di antara kami, hidupkan dengan memegang ajaran Islam, dan orang yang Engkau matikan di antara kami, maka matikan dengan memegang keimanan. Ya Allah! Jangan menghalangi kami untuk tidak memper-oleh pahalanya dan jangan sesatkan kami sepeninggalnya.” ( HR. Ibnu Majah 1/480, Ahmad 2/368, dan lihat Shahih Ibnu Majah 1/251)

اَللَّهُمَّ إِنَّ فُلاَنَ بْنَ فُلاَنٍ فِيْ ذِمَّتِكَ، وَحَبْلِ جِوَارِكَ، فَقِهِ مِنْ فِتْنَةِ الْقَبْرِ وَعَذَابِ النَّارِ، وَأَنْتَ أَهْلُ الْوَفَاءِ وَالْحَقِّ. فَاغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
“Alloohumma Inna Fulaanabna Fulaanin Fii Dzimmatika, Wa Habli Jiwaarika, Fa Qihi Min Fitnatil Qobri Wa ‘Adzaabin Naari, Wa Anta Ahlal Wafaa’i Wal Haqqi. Faghfirlahu Warhamhu, Innaka Antal Ghofuurur Rohiim”
“Ya, Allah! Sesungguhnya Fulan bin Fulan dalam tanggunganMu dan tali perlindunganMu. Peliharalah dia dari fitnah kubur dan siksa Neraka. Engkau adalah Maha Setia dan Maha Benar. Ampunilah dan belas kasihanilah dia. Sesungguhnya Engkau, Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Penyayang.” (HR. Ibnu Majah. Lihat Shahih Ibnu Majah 1/251 dan Abu Dawud 3/21)

اَللَّهُمَّ عَبْدُكَ وَابْنُ أَمْتِكَ احْتَاجَ إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَنْتَ غَنِيٌّ عَنْ عَذَابِهِ، إِنْ كَانَ مُحْسِنًا فَزِدْ فِيْ حَسَنَاتِهِ، وَإِنْ كَانَ مُسِيْئًا فَتَجَاوَزْ عَنْهُ.
“Alloohumma ‘Abduka Wabnu Amatikahtaaja Ilaa Rohmatika, Wa Anta Ghoniyyun ‘An ‘Adzaabihi, In Kaana Muhsinan, Fa Zid Fii Hasanaatihi, Wa In Kaana Musii’an Fa Tajaawaz ‘Anhu”
Ya, Allah, ini hambaMu, anak ham-baMu perempuan (Hawa), membutuh-kan rahmatMu, sedang Engkau tidak membutuhkan untuk menyiksanya, jika ia berbuat baik tambahkanlah dalam amalan baiknya, dan jika dia orang yang salah, lewatkanlah dari kesalahan-nya. (HR. Al-Hakim. Menurut pendapatnya: Hadits ter-sebut adalah shahih. Adz-Dzahabi menyetujuinya 1/359, dan lihat Ahkamul Jana’iz oleh Al-Albani, halaman 125)

Nah, artikel islami ini mengenai Bacaan dan Tata Cara Shalat Jenazah telah diulas secara lengkap serta bacaan doa dan maknanya. Wajib untuk kita semua umat islam mengurus serta menjaga jenazah dan menshalatkannya karena hukumnya yaitu fardhu kifayah.
Demikianlah artikel  ini. Semoga bermanfaat untuk kita semua serta bagi saya sendiri khususnya. Jika ada kesalahan penulisan ataupun terjemahan, penulis memohon maaf sebesar-besarnya. Amiiin…!

Niat Mandi Wajib dan Tata Cara Mandi Wajib


Mandi Wajib (Besar) ialah mandi untuk membersihkan seseorang muslim dari hadas besar yang dilaksanakan ketika telah mimpi basah ataupun setelah berhubungan dengan istri. Hukum dari mandi wajib ini atau mandi junub atau mandi hadas besar adalah wajib bagi seorang muslim yang telah mimpi basah ataupun setelah berhubungan dengan istri (tidak dalam keadaan suci atau sedang berhadas besar).
Penyebab mandi wajib itu sendiri antara lain Jimak atau persetubuhan antara suami dan istri meskipun tidak keluar sperma, Keluarnya air mani/sperma meski tidak dalam keadaan bersenggama atau dikenal dengan istilah onani, Haid (bagi wanita), Nifas, Wiladah, Mati, Seorang kafir yang masuk Islam. Mandi wajib itu sendiri tidaklah boleh ditunda sehingga waktu mencapai waktu siang hari, oleh karenanya mandi wajib dikerjakan sebelum mengerjakan sholat subuh. Seseorang boleh melewatkan mandi wajibnya saat berpuasa jika terjadi (mimpi basah) sampai masuk waktu shalat berikutnya, dan wajib untuk mandi junub ketika sebelum dan akan menunaikan sholat.

Adapun Tata Cara Mandi Wajib antara lain :
1. Niat
Sebelum memulai tentu setiap pekerjaan di awali dengan niat, adapun lafadz Niat tersebut ada beberapa jenis antara lain :
a. Mandi Dikarenakan Keluar Mani Dengan Sengaja, Mimpi basah, dan senggama maka niat mandi besarnya adalah
BISMILLAHI RAHMANI RAHIM NAWAITUL GHUSLA LIRAF’IL HADATSIL AKBAR MINAL JANABATI FARDLON LILLAHI TA’ALA
Artiya Dengan menyebut nama Allah Aku niat mandi untuk menghilangkan hadats besar dari jinabah, fardlu karena Allah Ta’ala
b. Jika mandi besarnya disebabkan karena haid maka niat mandi besarnya adalah
BISMILLAHI RAHMANI RAHIM NAWAITUL GHUSLA LIRAF’IL HADATSIL AKBAR MINAL HAIDI FARDLON LILLAHI TA’ALA
Artinya Dengan menyebut nama Allah Aku niat mandi untuk menghilangkan hadats besar dari haidl, fardlu karena Allah Ta’ala
c. Jika mandi besarnya disebabab karena nifas, maka niyat mandi besarnya adalah
BISMILLAHI RAHMANI RAHIM NAWAITU GHUSLA LIRAF’IL HADATSIL AKBAR MINAN NIFASI FARDHAN LILLAHI TA’ALA
Artinya Dengan menyebut nama Allah Aku niat mandi untuk menghilangkan hadats besar dari nifas, fardlu karena Allah Ta’ala

2. Mencuci Kedua Telapak Tangan
Setidaknya aktifitas mencuci telapak tangan ini dilakukan setidaknya 2 (dua) sampai 3 (tiga) kali sebelum membasuh seluruh tubuh kita dengan air, hal ini dikuatkan dengan riwayat Aisyah Radiallahu’anha yaitu :
“Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf berkata, telah mengabarkan kepada kami Malik dari Hisyam bin ‘Urwah dari Bapaknya dari ‘Aisyah isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa jika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mandi karena janabat, beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangannya, kemudian berwudlu sebagaimana wudlu untuk shalat, kemudian memasukkan jari-jarinya ke dalam air lalu menggosokkannya ke kulit kepalanya, kemudian menyiramkan air ke atas kepalanya dengan cidukan kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengalirkan air ke seluruh kulitnya.” (HR Bukhari no. 240, Muslim no. 474)

3. Mencuci Kemaluan dengan Tangan Kiri dan kemudian menggosokkannya ke tanah
Setelah mencuci telapak tangan hendak lah terlebih dahulu memcuci kemaluan dengan tangan kiri, hal ini diriwayatkan oleh Maimunah Radiallahu ‘anha yaitu :
“Telah menceritakan kepadaku Ali bin Hujras-Sa’di telah menceritakan kepadaku Isa bin Yunus telah menceritakan kepada kami al-A’masy dari Salim bin Abi al-Ja’di dari Kuraib dari Ibnu Abbas dia berkata, “Bibiku, Maimunah telah menceritakan kepadaku, dia berkata, ‘Aku pernah membawa air mandi kepada Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam karena junub, Lalu beliau membasuh dua tapak tangan sebanyak dua atau tiga kali. Kemudian beliau memasukkan tangan ke dalam wadah berisi air, lalu menyiramkan air tersebut ke atas kemaluan serta membasuhnya dengan tangan kiri. Setelah itu, beliau menggosokkan tangan kiri ke tanah dengan pijatan yang kuat, lalu berwudhu sebagaimana yang biasa dilakukan untuk mendirikan shalat. Kemudian beliau menuangkan air yang diciduk dengan dua telapak tangan ke kepala sebanyak tiga kali sepenuh telapak tangan. Lalu beliau membasuh seluruh tubuh, lalu beralih dari tempat tersebut dan membasuh kedua kaki, kemudian aku mengambilkan handuk untuk beliau, tetapi beliau menolaknya.” Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ash-Shabbah, Abu Bakar bin Abi Syaibah, Abu Kuraib, al-Asyajj, dan Ishaq semuanya dari Waki’ –lewat jalur periwayatan lain–, dan telah menceritakan kepada kami tentangnya Yahya bin Yahya dan Abu Kuraib keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Muawiyah keduanya dari al-A’masy dengan sanad ini, dan tidaklah dalam hadits keduanya lafazh, “Menyiramkan air tiga kali sepenuh telapak tangan pada kepala.” Dan dalam hadits Waki’ terdapat gambaran wudhu seluruhnya. Dia menyebutkan berkumur-kumur dan memasukkan air ke hidung. Dan dalam hadits Abu Mu’awiyah tidak menyebutkan handuk.” (HR. Muslim no. 476)

4. Berwudhu
Wudhu adalah salah satu aktifitas yang menurut sebagian besar para ulama hukumnya sunnah, namun ada beberapa perbedaan pendapat dari para ulama tentang tata cara berwudhu dalam prosesi mandi junub, ada yang berpendapat bahwa saat mandi wajib mencuci kedua telapak kaki adalah untuk mengakhiri mandi junub. Namun di telaah secara teliti berwudhu sempurna adalah wudhu yang dilakukan ketika hendak shalat, namun dalam mandi junub terkadang mencuci kaki dalam wudhu dilakukan saat akan mengakhiri mandi junub.

5. Menyela-nyela pangkal rambut dan membasuhnya
Rasulullah melaksanakan mandi junub/mandi besar melakukan hal ini, Beliau memasukkan jari-jari kedalam air dan menggosokkannya kepada kulit kepala. ini dimaksudkan bahwa Beliau mempergunakan air untuk membasahi kulit kepala agar semua bagian tubuh terkena air mandi wajib. setelah itu Rasulullah menuangkan air ke kepala beliau setidaknya tiga kali. hal ini diriwayatkan oleh Aisyah Radiallahu ‘anha yaitu
“Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf berkata, telah mengabarkan kepada kami Malik dari Hisyam bin ‘Urwah dari Bapaknya dari ‘Aisyah isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa jika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mandi karena janabat, beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangannya, kemudian berwudlu sebagaimana wudlu untuk shalat, kemudian memasukkan jari-jarinya ke dalam air lalu menggosokkannya ke kulit kepalanya, kemudian menyiramkan air ke atas kepalanya dengan cidukan kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengalirkan air ke seluruh kulitnya.” (HR. Bukhari No. 240)

6. Mandi dan mencuci Kaki
Pada bagian akhir ini setelah menyela rambut dan membasuhnya kita kemudian mandi seperti mandi pada umumnya namun perlu di ingatkan bahwa mandi junub diwajibkan agar air mengenai seluruh permukaan tubuh, setelah itu kemudian mencuci kaki
“Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya at-Tamimi telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah dari Hisyam bin Urwah dari bapaknya dari Aisyah dia berkata, “Dahulu apabila Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam mandi hadas karena junub, maka beliau memulainya dengan membasuh kedua tangan. Beliau menuangkan air dengan menuangkan air dengan tangan kanan ke atas tangan kiri, kemudian membasuh kemaluan dan berwudhu dengan wudhu untuk shalat. Kemudian beliau menyiram rambut sambil memasukkan jari ke pangkal rambut sehingga rata. Hingga ketika selesai, beliau membasuh kepala sebanyak tiga kali, lalu beliau membasuh seluruh tubuh dan akhirnya membasuh kedua kaki. Dan telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id dan Zuhair bin Harb keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Jarir –lewat jalur periwayatan lain–, dan telah menceritakan kepada kami Ali bin Hujr telah menceritakan kepada kami Ali bin Mushir –lewat jalur periwayatan lain–, dan telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair semuanya dari Hisyam dalam sanad ini, dan dalam lafazh mereka tidak ada ungkapan, ‘Membasuh kedua kakinya’, dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah telah menceritakan kepada kami Waki’ telah menceritakan kepada kami Hisyam dari bapaknya dari Aisyah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mandi karena junub, maka beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangannya tiga kali, kemudian menyebutkan sebagaimana hadits Abu Mu’awiyah, namun tidak menyebut, ‘membasuh kedua kakinya.” (HR. Muslim no. 474)

Demikianlah artikel ini. Terima kasih, semoga bermanfaat..

Hakikat Kejujuran di dalam Pandangan Islam



     
Kata shiddiq, berasal dari kata shidqu atau jujur, lawannya adalah al-kizbu atau bohong. Jujur artinya sesuainya sesuatu dengan kenyataan yang sesungguhnya dalam perkataan dan perbuatan (Humaidi Tatamangarsa, Akhlaq yang Mulia, Bina ilmu: 1998, 149)  Allah melekatkan sifat ini kepada para nabi dalam rangka pujian dan sanjungan kepada beliau, sebagaimana firman-Nya sebagai berikut:

Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang jujur (menepati) apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu [apa yang telah Allah janjikan kepadanya] dan mereka tidak merobah (janjinya) (QS Al-Ahzab; 33:23)

Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al-kitab (Al-Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat jujur (membenarkan semua hal yang ghaib yang datang dari Allah) lagi seorang Nabi (QS. Maryam; 19:41).

Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang jujur (benar janjinya), dan Dia adalah seorang Rasul dan Nabi. Dan ia menyuruh ahlinya  (umat) untuk bersembahyang dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Tuhannya. Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat jujur (membenarkan) dan seorang Nabi (QS. Maryam; 19:54-56).
Artinya: Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar QS. At-Taubah; 9:119).

Jujur adalah termasuk akhlaq mahmudah yang pokok dan penting; induk dari sifat-sifat baik lainnya, yang membawa orang kepada kebaikan. Karena itu Rasulullah SAW menyebutkan jujur itu sebagai semacam kunci masuk surga.
Sabda Rasulullah SAW, yang artinya: “Wajib bagimu berlaku benar (jujur), karena sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebajikan, dan kebajikan itu membimbig ke surga. Seseorang senantiasa berkata dan berlaku jujur dan mengusahakan sungguh-sungguh akan kejujuran,  atau bertindak jujur, sehingga tercatat di sisi Allah sebagai seorang shiddiq” (HR. Bukhari).
“Empat perkara apabila ada padamu, tidak akan merugi lepasnya segala sesuatu dari dunia daripadamu, yaitu memelihara amanah, tutur kata yang benar, akhlaq yang baik, dan bersih dari tamak” (HR. Ahmad) (Humaidi Tatamangarsa, 1998;150)
“Hendaklah kamu sekalian menjamin kepadaku untuk mengerjakan 6 perkara, aku akan jamin untukmu surga; yaitu Jujurlah bila berbicara, tepatilah bila berjanji, tunaikanlah bila diamanati, jagalah kehormatanmu, jagalah pandanganmu, dan kendalikanlah tanganmu.” (HR. Ahmad dari Ubadah bin Shamit)
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu, dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar (QS.Al-Ahzab; 33:70-71)

Penerapan kata jujur, menurut Al-Ghazali dalam kitabnya (Ihya ‘Ulumuddin/12, Bukittinggi, Syamza, 1976), dalam bidang pengertiaan.
      1 Jujur dalam kata
      2.  Jujur dalam niat dan kemauan
      3.  Jujur dalam mengambil keputusan
      4 Jujur dalam menjalankan keputusan
      5 Jujur dalam amaliyah (bekerja/berbuat)
      6.  Jujur dalam mencapai berbagai taraf keagamaan
Bagian keenam atau terakhir, adalah merupakan taraf tertingi dan termulia, yaitu sikap jujur tentang semua sifat-sifat tingi keagamaan, seperti jujur tentang cemas dan harap, mengagungkan Tuhan, zuhud dan ridha, tawakkal dan cinta, dan semua derjat-derjat utama. Seseorang jujur yang telah mendalam kesanggupannya, ialah yang dapat mencapai hakikat semua ini. Bila suatu sifat itu telah mengusai diri sesorang, dan dia telah sempurna menjalani hakikatnya, dinamakan dia seorang yang jujur dan benar dibidang itu. Allah SWT berfirman;
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang jujur (benar) (QS, al-Hujurat:15).
Artinya: Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang jujur (benar) (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa (QS, Al-Baqarah; 2:177).
Ja’far Ash-Shadiq berkata: Sikap jujur berarti ber-mujahadah melatih diri,dan jangan memilih tujuan selain Allah SWT, seperti juga Allah hanya memilih anda selaku makhluk utama, dalam firman-Nya: Dia telah berkenan memilih kamu! 

* Nilai-nilai kejujuran dalam pelaksanaan shalat

“Shalat adalah tiang agama, shalat adalah kunci kebaikan.” (HR, Thabrani) Alfis Chaniago, Indeks Hadis dan syarah, I, 2012, 91).Shalat itu tiang agama, barang siapa mendirikan shalat berarti dia mendirikan agama, dan barang siapa yang meninggalkan berarti dia meruntuhkan agama. Shalat merupakan kunci kebaikan, karena dapat mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar, seperti yang disebutkan dalam firman-Nya:
Artinya: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain) dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Ankabut; 29:45).

Shalat mempunyai rukun aqwal, af’al dan zikr. Tiga komponen tersebut  mangandung rahasia-rahasia dan nilai-nilai yang mendalam; yang sarat nilai pendidikan. Mari kita potret shalat kita, apa yang kita lakukan dari rukun-rukun maupun sunnah-sunnahnya tersebut? Bagaimana kita melakukannya? Sebagai tiang agama dan kunci kebaikan, sudahkah kita mengikuti sebagaimana Rasulullah SAW yang memberikan tuntunan sedemikian rupa kepada umatnya melalui ajaran-ajaran yang dibawa beliau?

Shalat bila dilihat lebih jauh, akan dapat diketahui makna dan nilai yang amat besar terkandung di dalamnya. Menurut  Supan Kusumamiharja (Studia Islamika, 1994, 45), Ada tiga hal yang menonjol dalam pelaksanaan shalat yang dilakukan, yaitu: kejujuran, kesucian/kebersihan, dan kedisiplinan. Salah satu di antaranya akan dicoba melihat bagaimana shalat memberikan nilai kejujuran kepada pelaksananya. Bila seseorang sudah jujur, baik dalam niat/hati, akal/pikiran, perkataan maupun dalam perbuatan, agaknya isi dunia ini akan baik selalu. 

Shalat lima waktu menjadi santapan sehari-hari bagi ruh. Di dalam munajat seorang hamba kepada Tuhannya dalam shalatnya, ada santapan ruhani yang menyinari hatinya, melapangkan dadanya, memmbawanya dari bumi menuju langit, dan memasukannya ke hadirat Allah tanpa pintu, menghadapkan kepada-Nya tanpa ada penghalang, dia bisa berbicara kepada-Nya tanpa penerjemah, mengadu kepada Yang dekat Yang tidak jauh, meminta pertolongan kepada Yang Maha Perkasa bukan kepada yang lemah, dan memohon kepada-Nya Yang maha kaya yang tidak bakhil.

Shalat merupakan gerakan dan perbuatan, yang mencakup segala sisi kemanusiaan. Di dalam shalat badan beraktivitas dengan berdiri, ruku’, dan sujud serta duduk. Lidah beraktivitas dengan membaca (al-quran), bertakbir, bertasbih, bertahlil dan berdoa. Akal beraktivitas dengan merenung atau memikirkan apa yang dibaca atau dibacakan. Hati beraktivitas dengan menghadirkan pengawasan Allah, dan perasaan takut, cinta, serta rindu kepada-Nya. Mungkin seseorang disebut seorang yang benar atau jujur, apabila badan, lidah, akal dan hati bersesuain dalam kerjanya, sejalan dalam langkahnya, tidak ada perbedaan antara perbuatan hati dengan lidah, anggota dan akal.

Shalat dalam pelaksanaannya, dituntut untuk memakai pakaian bersih, suci dan indah. Bersih badan, tempat dan pakaian lahir dan batin, merupakan salah satu syarat shahnya shalat. Pelaku shalatlah yang lebih mengetahui itu semua, dan kejujuran mempunyai peran penting dalam hal ini. Mungkinkah ia disebut seorang yang jujur, bila ia mengenakan sesuatunya (benda yang digunakan atau cara untuk memperolehnya) untuk shalat tanpa mengikuti aturan-aturan syari’at/agama.

Di dalam shalat terdapat dukungan bagi hati nurani seseorang mukmin yang memberinya kekuatan untuk melakukan kebaikan, meninggalkan kejahatan, menjauhi perbuatan keji dan munkar, dan melawan rasa takut terhadap kejahatan serta rasa enggan melakukan keburukan. Kekuatan tersebut menanamkan dalam hati  pengawasan allah SWT, penjagaan terhadap hukum-hukum-Nya, menghargai waktu, menepati janji, mengalahkan kemalasan, hawa nafsu dan segala bentuk kelemahan manusia. (Al-Ma’arij/19/23).

Jujur sebenarnya banyak mengandung keutamaan bila dilihat lebih jauh, yang diantaranya adalah dapat mengantarkan ke surga, melahirkan ketenangan, disukai semua orang, mengantarkan pelakunya ke derajat yang lebih tinggi, dan mengantarkan kepada keberkahan. Aamiin...

Copyright @ 2013 Rohis SMK Negeri 1 Depok (RHISAD).

Designed by MediaIslami | MEDIARHISAD